pesantren khairunnas

RINDU SEKOLAH

Rindu sekolah : Di Indonesia ini, usaha membangun dan mempertahankan  oprasionalnya sebuah sekolah sangatlah tidak mudah. Penuh dengan persaingan bahkan terkadang persaingannya melebihi segala jenis bisnis. Padahal nilai laba dari sebuah sekolah sangat ditentukan oleh kuota jumlah siswanya memenuhi atau tidak  dan besaran uang  yang masuk seperti SPP, uang gedung, dll. Apabila kedua unsur itu terpenuhi maka amanlah sekolah itu.

Dengan persaingan yang terjadi saat ini yang membuat sekolah swasta harus berpikir cerdas bagaimana cara mempromosikan sekolahnya agar diminati banyak masyarakat.

Dalam dunia usaha ada dua hal prinsip untuk menyusun strategi promosi sekolah, yaitu competitor  dan difference. Competitor  itu yaitu sekolah saingan kita. Kita harus mengetahui program-program apa saja yang ditawarkan sekolah lain, jika perlu kita juga harus mengetahui secara detail apa saja yang dilakukan oleh sekolah saingan kita. Apabila kita sudah mengetahuinya maka tahapan selanjutnya adalah difference. Difference yaitu kita membuat program promosi yang berbeda dengan sekolah saingan kita. Ketika kita sudah membuatnya pasti masyarakat akan tertarik.

Rindu sekolah

Setiap sekolah swasta pasti akan mengadakan PPDB untuk setiap tahunnya, ketika kita mengambil data dari hasil interview dengan wali murid, ada beberapa alasan mengapa memilih untuk anaknya sekolah disekolahan yang diminati.

  • “saya dulu sekolah di sini. jadi anak saya, saya sekolahkan di sini juga, hehehe.”
  • “inikan sekolah favorit. Masuknya aja susah, laa kalau anak saya diterima berarti dia telah mengalahkan  anak-anak lain sebnayak ini dong.”
  • “Menurut saya sekolah ini adalah sekolah yang unggul, semua calon siswanya pasti melalui tahapan diseleksi yang kejat. Nah kalau anak saya diterima yang merasa nyaman karena dia bergaul dengan anak-anak yang cerdas.”
  • “Disekolah ini kan anak-anaknya pandai. jadi kalau anak saya, saya taruh sini pasti dia akan termotivasi dengan teman-temannya yang pandai.”
  • “Saya inikan sibuk kerja. Jadi sekolah full day ini sangat membantu saya untuk menjaganya, sehingga ketika bekerja saya merasa aman tidak hawatir dengan anak saya.”
  • “saya dengar guru-guru disini sangat pandai, buktinya siswa disini sering mengikuti lomba-lomba .”
  • “Guru-gurunya yang sopan dan selalu ceria membuat saya terpikat untuk menyekolahkan anak saya di sini.”

Akan tetapi menurut sebagian guru, sekolah yang unggul itu bukanlah yang dikatakan oleh calon wali murid tadi, melainkan sekolahan yang mampu mengorek-ngorek apa saja keahlian yang dimiliki oleh setiap siswanya, dan mengarahkan untuk bisa dikembangkan menjadi bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Karena setiap siswa itu memiliki keunikan masing-masing dan tidak bisa disamaratakan. Rindu sekolah.

Ada beberapa keunikan anak-anak yang pernah saya temui yang  sebagian besar guru telat mengetahuinya, serta hampir saja dia tidak naik kelas bahkan mau dikembalikan ke oranng tuanya.

Si A itu adalah anak yang hiperaktif, tidak bisa fokus kalau diajari, dikelas selalu lari-lari dan sering mengganggu teman-temannya. Sehinga dia sulit sekali menerima pelajaran disetiap harinya. Bahkan guru sekolah sudah berusaha memberi jam belajar tambahan khusus untuk Si A, akan tetapi hal itu tidak membuahkan hasil. Orang tuanya juga rutin membawa Si A konsultasi ke psikiater, sampai sejauh itu tidak ada perkembangan yang terlihat. Dan pada suatu ketika ada program rutin sekolah yaitu LDKS, dari situlah baru ditemukan akar permasalahan selama ini oleh guru-guru di sekolah. Ternyata Si A kehilangan salah satu fase pertumbuhannya. yaitu jongkok, sudah dilatih berkali-kali dan tidak pernah berhasil, selalu jatuh. Setelah masa LDKS selesai. Guru-guru berpikiran bahwa tidak bisa jongkok itulah yang menyebabkan dia sulit sekali fokus dalam proses pembelajaran. Orang tuanya juga berkomentar dirumahnya memang menggunakan WC duduk bukan jongkok Dengan perlahan guru-guru mulai mengajari dia jongkok. Dan alhamdulillah sedikit-demi sedikit dia sudah mulai bisa fokus belajar.

Si B itu adalah anak disleksia (sulit berbicara), orang tunya sudah mencoba mendaftarkan ke beberapa sekolah dasar dan hasilnya hampir seluruh sekolah menolaknya karena dia belum bisa berbicara. Dengan terus mencoba berusaha  mencarikan sekolah yang mau menerima anaknya. Alhamdulillah membuahkan hasil, ada yang masih mau menerima Si B untuk bisa bergabung di sekolahnya. Dengan berbagai macam kendala dan kekurangan, hampir saja guru-guru di sana angkat tangan dalam menghadapi Si B, sampai-sampai dianggap sebagai anak yang memiliki keterbelakangan. Hebatnya guru-guru disitu saling memotivasi satu sama lain sehingga mampu memunculkan skill dari siswa-siswanya. Perlahan tapi pasti Si B sudah mampu berbicara lancar. Dan suatu ketika ada kejadian yang sangat mengejutkan adalah ketika siswa dalam satu kelas ditanya teman siapa yang paling kalian senangi. Dan hasilnya sangat mengejutkan sekali semuanya menjawab Si B adalah teman yang sangat saya senangi. Ternyata Si B adalah anak yang ceria, selalu tersenyum, ramah, tanggap dalam menghadapi kejadian, memiliki kemampuan merangkul teman-temannya, dan suka membantu dll.

                Si C itu adalah anak diskalkulia (kemampuan matematikanya kurang karena trauma psikologis). Dia akan langsung menangis dan drop kalau melihat angka-angka. Sudah berbagai macam strategi dicoba oleh guru-guru disekolah akan tetapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Setelah dibawa ke psikister ternyata bukan Si C yang memiliki kekurangan, justru dia memiliki kelebihan yang menakjubkan. Hanya saja dia sulit memahami cara kita mengajarkan dan kitapun tidak mengerti pola berfikirnya ananda. Dia akan cerdas sekali kalau soal matematiknya berupa cerita dan gambar. Mengajarkan matematika dengan menggunakan pendekatan problem solving dan dengan gambar adalah kunci untuk memahamkan kepada ananda, harus selalu ada masalah, tidak dengan angka-angsa yang abstrak.

Bahwa setiap anak adalah bintang, juara, tanpa terkecuali. Tugas kita sebagai guru adalah mengeksplor, mengembangkan potensi anak-anak kita, bukan dengan paksaan, melainkan dengan perhatian dan kasih sayang untuk menciptakan pendidikan yang menyenangkan. Kita harus memiliki kesadaran bahwa setiap anak memiliki kelebihan yang luar bisa dibalik keterbatasan mereka. Dibalik keterbatasan  anak yang menderita sakit disleksia dan diskalkulia tersimpan kelebihan yang luar biasa yaitu  kecerdasan interpersonal dan kecerdasan bergaul. Jika guru-guru mengajarkan pelajaran dengan cara-cara yang disukai anak-anak, otomatis mereka akan merindukan sekolah.

 “FOKUS PADA KECERDASAN, JANGAN PADA HAMBATAN”.

Di Pesantren Khairunnas Santri akan belajar dengan kegiatan kegiatan yang interaktif yang membantu Ananda untuk berfikir kreatif dan inovatif. Pesantren Khairunnas adalah Yayasan pendidikan yang didirikan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional terpercaya Nurul Hayat. SD Unggulan Surabaya, SMP Unggulan Malang Tuban Madiun, SMA Unggulan Surabaya .

Rindu sekolah. Rindu sekolah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top